Home / Berita Terbaru / Filantropi di Bulan Suci Ramadhan
Sedekah Memberikan Sedekah Uang

Filantropi di Bulan Suci Ramadhan

Humas Aceh | 10 Mei 2019

Filantropi atau kedermawanan merupakan perintah Allah SWT kepada setiap manusia. Dengan cara bederma, setidaknya manusia bisa memahami kesulitan yang dirasakan orang lain. Cara ini menunjukkan, manusia merupakan makhluk sosial. Antara satu dan lainnya saling membutuhkan. Dermawan adalah sifat yang sangat terpuji lagi mulia.

Allah SWT pun memiliki sifat al-Karim, yakni Yang Mahadermawan. Jika bukan karena kedermawanan Allah SWT, kita pasti tak punya apa-apa. Tidak ada kesejahteraan. Tidak pula makmur dan tenteram.

Dermawan juga sifat para Nabi, para sahabat, serta orang-orang saleh. Seorang yang dermawan akan ditutupi oleh Allah SWT aib dan keburukannya. Bahkan, kebaikan demi kebaikan akan diperolehnya.

Seorang penyair Arab pernah mengatakan, “Seorang dermawan, bila engkau memujinya, semua orang akan ikut memujinya. Namun, bila engkau mencelanya, akan kau dapati hanya engkau sendiri yang mencelanya.”

Secara lebih luas, sikap dermawan dapat dimaknai sebagai perbuatan rela berkorban di jalan Allah SWT dengan harta atau bahkan jiwa raga. Dermawan bisa terwujud dalam bentuk uluran tangan untuk memberi sedekah, infak, zakat, bantuan ke masjid, pesantren, panti asuhan, maupun kaum dhuafa.

Pesan moralnya adalah tumbuhnya solidaritas. Kedermawanan seperti ini pernah dicontohkan para sahabat, yang ditunjukkan kaum Anshar (Madinah) dalam menjamu kaum Muhajirin yang baru datang dari Makkah.

Ketika itu, kaum Anshar melakukan kedermawanan tingkat tinggi, yaitu itsar yakni memberi sesuatu kepada yang lebih perlu, padahal ia sendiri masih memerlukannya. Allah SWT mengabadikan pujian bagi mereka.

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS al-Hasyr [59]: 9).

Ayat ini turun pada seorang sahabat yang diminta Rasulullah SAW agar bersedia menerima seorang tamu untuk bermalam di rumahnya. Karena rasa hormat kepada Rasulullah SAW, sahabat itu menerima tamu tersebut.

Padahal, ia menyadari tidak punya apa pun untuk disuguhkan, kecuali makan malam yang pas-pasan untuk keluarganya. Ia pun duduk bersama sang tamu, berpura-pura ikut menyantap makanan, meski ia tidak ikut makan karena khawatir sedikitnya makanan yang disuguhkan.

Pagi harinya, Allah SWT mengabadikan sifat kedermawanan sahabat tersebut dalam ayat di atas agar menjadi suri teladan. Betapa mulianya sifat dermawan ini. Dan di bulan suci Ramadhan, merupakan momentum tepat untuk berbagi, bederma, atau memberi makanan berbuka pada orang yang membutuhkan di sekeliling kita.

Check Also

Pemerintah Aceh Serahkan SK Tenaga Kontrak

Banda Aceh – Pemerintah Aceh hari ini mulai menyerahkan Surat Keputusan (SK) Tenaga Kontrak tahun …