Home / Berita Terbaru / Gubernur: Di mana Ada Umat Islam di situ Harus Ada Perdamaian
????????????????????????????????????

Gubernur: Di mana Ada Umat Islam di situ Harus Ada Perdamaian

Humas Aceh | 10 Okt 2017
Banda Aceh — Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menyebutkan penduduk Indonesia khususnya Aceh sebagai pemeluk mayoritas agama Islam, harus menjadi pelindung bagi pemeluk agama lainnya.
“Di mana ada umat Islam di situ harus ada perdamaian,” ujar Irwandi saat pembukaan Pekan Keterampilan dan Seni Agama Islam Tingkat Nasional ke VIII Tahun 2017, di Taman Sultanah Ratu Safiatuddin, Senin 9 Oktober 2017, malam.
Irwandi meminta agar pemeluk Islam di Aceh untuk tidak defensif. Di mana tabiat itu biasanya lahir akibat ketersinggungan. Di Indonesia bahkan di Aceh pernah terjadi konflik agama yang berujung pembakaran rumah ibadah. Masyarakat Islam sebagai mayoritas di Indonesia harus menampakkan jati dirinya sebagai bangsa yang mulia.
“Siapa yang mayoritas harus melindungi minoritas,” kata Irwandi.
Senada dengan Irwandi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menyebutkan bahwa merawat keragaman dalam keagamaan sangat penting. Di mana pendidikan agama Islam seharusnya dikaitkan dengan karakteristik bangsa yang beragam dan kaya dengan nilai-nilai religius.
“Keragaman dan keagaman merupakan jatidiri yang  tidak dapat dipisahkan pada bangsa Indonesia,” ujar Lukman Hakim.
Islam, kata Lukman merupakan agama yang menebarkan kedamaian. Sementara Indonesia adalah negara mayoritas pemeluk Islam yang majemuk dari sisi budaya, bahasa dan agama. “Ini fitrah yang perlu kita rawat.”
Irwandi dan Lukman kompak berpendapat bahwa masyarakat Islam dituntut untuk mencintai keragaman. Pemeluk Islam adalah mereka yang dapat hidup berdampingan pemeluk agama lain.
Dalam ajaran Islam bahkan tidak ada seayat pun perintah untuk menyakiti pemeluk agama lain, merusak tempat ibadah dan menebarkan kebencian.
“Keagungan Islam dapat kita lihat dalam hukum perang Islam,” kata Irwandi.
Dalam peperangan, Islam secara tegas melarang menyakiti anak-anak, perempuan, menebang pepohonan yang bisa dijadikan bahan makanan oleh musuh dan dilarang meracuni sumber minuman. Poin-poin itu kemudian diadopsi di dunia moderen dan dimasukkan dalam Konvensi Jenewa.
Nilai-nilai keislaman itu diharapkan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh masyarakat Aceh dan Indonesia.
Lewat pentas pendidikan agama Islam, anak-anak diharapkan tidak hanya termotivasi untuk memenangkan lomba tapi juga semakin disiplin dan cinta keberagaman.
Sementara itu, Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama, menyebutkan, Pentas PAI VIII merupakan perhelatan pertama yang digelar di luar Pulau Jawa. Pentas PAI pertama hingga ketujuh sebelumnya terus digelar di Asrama Haji Bekasi Jawa Barat.
“Ada 1.054 peserta akan mengikuti 8 jenis perlombaan,” kata Kamaruddin.
Pentas PAI merupakan kegiatan dua tahunan yang digelar Kementerian Agama melalui Dirjen Pendidikan Islam. Kegiatan ini menjadi wahana kompetensi untuk menumbuhkembangkan minat bakat siswa mulai jenjang Sekolah Dasar hingga SMA dan SMK.
“Kita mengharapkan para peserta bisa mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin,” kata Kamaruddin.
Di antara yang diperlombakan dalam Pentas PAI VIII adalah MTQ, Lomba Pidato, Hifzil Quran, Cerdas Cermat, Kaligrafi dan Kreasi Busana Muslim. (Humas-Aceh)

Check Also

Pemerintah Aceh Serahkan SK Tenaga Kontrak

Banda Aceh – Pemerintah Aceh hari ini mulai menyerahkan Surat Keputusan (SK) Tenaga Kontrak tahun …