Home / PEMERINTAHAN / Ora et Labora, Selamat Hari Pendidikan Aceh Ke-55

Ora et Labora, Selamat Hari Pendidikan Aceh Ke-55

Banda Aceh |09/02/2014|

Gubenur Zaini: Berbenah Demi Pendidikan Aceh nan Jaya

LOGO-HUMASs1

Banda Aceh – Mewakili Gubernur Aceh, Sekda Drs Dermawan MM, bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) pada peringatan Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Aceh ke55, yang dipusatkan di Lapangan TuguDarussalam, Kota Banda Aceh, Selasa (2/9/2014). Hardikda adalah momentum penting yang hanya ada di Aceh sebagai simbol keistimewaan bidang pendidikan. Sejarah Hari Pendidikan ini diawali ketika para pemimpin Aceh meletakkan tonggak sejarah berdirinya Universitas Syiah Kuala, IAIN Ar-Raniry, dan Dayah Manyang Tgk Chik Pante Kulu. Ketiga lembaga pendidikan itu berada dalam satu Kampus yang dinamakan Kota Pelajar Mahasiswa atau Kopelma Darussalam.

Selanjutnya, pada 2 September 1959 Presiden RI Soekarno meresmikan Kampus Darussalam sebagai tonggak penguatan pendidikan di Aceh dengan menorehkan prasasti: ‘Tekad Bulat Melahirkan Perbuatan Nyata, Darussalam Menuju Pelaksanaan Cita-Cita’. Prasasti ini sampai sekarang masih tertulis jelas di Tugu Darussalam, kawasan Kopelma, Banda Aceh. Sejak itu Pemerintah Aceh menetapkan 2 September sebagai Hari Pendidikan Daerah, yang kemudian di ubah menjadi Hari Pendidikan Aceh.

“Pendidikan adalah kunci kemajuan dan modal kebangkitan bangsa. Pendidikan merupakan investasi besar untuk mencetak generasi penerus yang hidup di dalam trilogi pendidikan yang saling terintegrasi dan sinergi, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat,” kata Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah, dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Aceh Drs Dermawan MM.

“Goresan tinta emas sejarah pendidikan ini masih dapat kita saksikan pada tugu Darussalam yang ada di depan kita. Sekarang ini, setelah 55 tahun berlalu sejak dipancangkannya tonggak pembangunan kembali pendidikan Aceh tersebut, dapat kita jadikan sebagai momentum dalam upaya refleksi untuk peningkatan mutu dan akselerasi pembangunan pendidikan dalam rangka merajut kembali peradaban Aceh di era modern sekarang,” imbuhnya.

Gubernur Zaini menjelaskan, dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani,   sesuai dengan karakteristik dan kekhasan Aceh, di prioritaskan pada 4 pilar utama, yaitu (1) mutu, relevansi dan daya saing; (2) pemerataan dan perluasan akses: (3) tata kelola dan akuntabilitas; serta (4) implementasi sistem pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islami.

“Karena itu pendidikan Aceh dibangun dalam kerangka dasar filosofi: Ke-Islaman, Ke-Acehan, Kebangsaan dan Universal,” jelasnya.

Gubernur menambahkan, dari sudut aksesibilitas atau peluang untuk memperoleh pendidikan di Aceh dari tahun ke tahun semakin menggembirakan, ditandai dengan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi yang sudah diatas rata-rata nasional.

“Untuk Wajib Belajar 9 tahun Aceh menempati peringkat 5 secara nasional. Untuk pendidikan menengah atas Aceh menempati posisi 4 nasional, demikian juga untuk posisi pendidikan tinggi. Saat ini di Aceh terdapat 4.002 SD/MI, 1.436 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan 888 Sekolah Menegah Tingkat Atas dan 67 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, serta lebih dari 1.000 Dayah,” ungkap Gubernur Zaini Abdullah.

Sebagai hasil konkrit dari upaya ini, urai Zaini Abdullah, Aceh telah dapat meningkatkan angka melek huruf penduduk dewasa tahun 2013 sebesar 96,11% dari tahun sebelumnya sebesar 96,06%. Aceh, jelas Gubernur, juga berhasil menekan angka putus sekolah (APTS) secara signifikan, sehingga masuk ke dalam 5 provinsi dengan angka putus sekolah terendah di Indonesia pada Tahun 2013.

“Di samping itu, atas berbagai usaha dan kebijakan yang kita tempuh, Alhamdulillah Aceh telah mendapat penghargaan Ki Hajar Dewantara Award dan Inklusif Award di tataran nasional dari Kemendikbud RI dalam tahun ajaran 2013/2014 ini,” tandasnya.

Menurut Gubernur Zaini, dari sudut indikator fundamental pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pendidikan Aceh semakin bergerak naik mencapai angka ideal, hampir berada di posisi rata-rata nasional dengan nilai Rata-Rata SNP Aceh 63,49% atau berada pada peringkat 15 dari 33 Provinsi.

Dari pencapaian tersebut, kata Gubernur, menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu terus ditingkatkan lagi di masa-masa mendatang. Oleh karena itu, harapnya, mulai tahun ini, komposisi distribusi anggaran pendidikan lebih di arahkan pada upaya peningkatan mutu dan daya saing pendidikan melalui peningkatan mutu guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga kependidikan lainnya.

“Kami berharap kepada para Bupati/Walikota dapat memberikan perhatian serius dalam rangka pencapaian target-target peningkatan mutu pendidikan Aceh,” tegas Gubernur.

Lebih lanjut Gubernur menjelaskan, beberapa tahun terakhir ini capaian kualitatif pendidikan juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya torehan prestasi yang diraih putra putri Aceh dalam berbagai even perlombaan nasional dan internasional, seperti Olimpiade sains, perlombaan Karya Ilmiah, perlombaan Guru dan Kepala Sekolah Berprestasi, dan lain sebagainya. Dari 20 even yang diikuti, kita mendapatkan 78 penghargaan yang terdiri dari 14 emas, 21 perak, 28 perunggu, dan 15 juara harapan.

Pencapaian lainnya yang tidak kalah membanggakan, sebut Zaini Abdullah, adalah nilai UN tertinggi nomor II tingkat Nasional diraih oleh anak Aceh, yaitu Fathur Rahman Siswa SMP Negeri Arun Lhokseumawe. Secara umum, dari segi Ujian Nasional juga telah terjadi kenaikan yang sangat signifikan, kelulusan UN SMA Tahun 2013 dari 96,95 % menjadi 98,62 % pada Tahun 2014, kelulusan UN SMP Tahun 2013 dari 98,22 % menjadi 99,63 % pada tahun 2014. Nilai UN yang dicapai siswa Aceh juga telah lebih baik, misalnya rangking nilai Matematika dan Bahasa Inggris kelompok IPA SMA berada di posisi urutan 5 nasional. Namun dibalik itu untuk kelompok IPS masih memerlukan perhatian terutama mata pelajaran ekonomi, sosiologi dan matematika.

“Prestasi ini tentu tidak datang serta merta, tetapi ini adalah buah dari pembinaan yang kita lakukan selama ini. Mulai Tahun 2013 fokus utama pembangunan pendidikan kita adalah pada peningkatan mutu pendidikan. 150 Miliyar dana pendidikan pada tahun 2013 digunakan untuk peningkatan mutu pendidikan terutama mutu guru. Demikian juga pada tahun 2014, lebih kurang 500 Milyar dana digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan 300 Milyar diantaranya adalah untuk meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan,” jelas Gubernur.

“Masih ada banyak hal yang harus kita benahi bersama. Saat ini, lulusan pendidikan menengah masih sulit bersaing untuk masuk ke perguruan tinggi ternama, demikian juga dengan mutu perguruan tinggi, ternyata masih memerlukan peningkatan, buktinya lulusan perguruan tinggi Aceh masih sangat sulit bersaing di lapangan kerja, apalagi dalam menghadapi AFTA di 2015. Bila mutu lulusan tidak meningkat, dikhawatirkan lulusan pendidikan Aceh akan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari berbagai Negara ASEAN lainnya,” kata Gubernur Zaini

“Mari terus kita lakukan upaya meningkatkan kesejahteraan guru, termasuk kualitas dan kapasitasnya. Kita juga akan terus menerus menaruh perhatian terhadap pendidikan luar sekolah, pendidikan anak berkebutuhan khusus, termasuk pendidikan di daerah terpencil, terdalam dan terluar di seluruh Aceh,” tambahnya lagi.

Gubernur juga meminta Majelis Pendidikan Daerah bersama dengan perguruan tinggi dan dinas terkait agar dapat menyusun kurikulum yang sesuai dengan karakteristik dan keikhlasan Aceh sebagai penjabaran kurikulum 2013, dan amanah UU 44/1999 dan UU 11 tahun 2006. “Saya meyakini, potensi-potensi yang Aceh miliki dan atas kerjasama semua elemen dan stakeholders pendidikan, kebangkitan pendidikan Aceh akan segera terwujud. Marilah kita bergandengan tangan membangun pendidikan Aceh, tekad bulat melahirkan perbuatan nyata,” tutup Gubernur Zaini Abdullah.

Check Also

Mendagri Resmi Lantik Bustami Hamzah sebagai Pj Gubernur Aceh

JAKARTA— Menteri Dalam Negeri RI, Muhammad Tito Karnavian, resmi melantik Bustami Hamzah sebagai Penjabat Gubernur …