Home / PKA7 / PKA VII : Melihat Kekayaan Sejarah Aceh dalam Aceh History Expo
Melihat Kekayaan Sejarah Aceh dalam Aceh History Expo. Photo Heri Mardinal

PKA VII : Melihat Kekayaan Sejarah Aceh dalam Aceh History Expo

BANDA ACEH – Tujuh lokasi terpisah dipilih panitia Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII untuk kegiatan Pameran Sejarah Aceh (Aceh History Expo) yang berlangsung pada 7 – 15 Agustus 2018.

Ketujuh lokasi tersebut yaitu Museum Negeri Aceh, Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, Museum Tsunami, Museum dan Perpustakaan Ali Hasjmy, Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, Kerkhof Peucut, dan Taman Gunongan.

Aceh History Expo meliputi pameran sejarah Aceh yang dipusatkan di Museum Negeri Aceh, pameran kepurbakalaan di Taman Gunongan, pameran etnografi di Kerkhof Peucut, pameran literatur di Museum dan Perpustakaan Ali Hasjmy, dan pameran kebencanaan yang mengambil tempat di Museum Tsunami.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Dr. Wildan Abdullah, selaku penanggungjawab Pameran Budaya dan Sejarah Aceh mengatakan, khusus di Museum Negeri Aceh, selain memamerkan koleksi-koleksi museum juga akan melibatkan lembaga atau komunitas yang bergiat dalam pelestarian sejarah Aceh.

“Total lembaga yang sudah konfirmasi untuk berpartisipasi dalam pamerah sejarah Aceh ini sebanyak 25 lembaga,” kata Wildan, Kamis (26/7/2018).

Dari jumlah itu, 22 di antaranya merupakan lembaga atau komunitas sejarah lokal, dua lainnya berasal dari luar Aceh dan satu lembaga berasal dari Malaysia. Selama sepekan lebih masyarakat bisa berkunjung ke museum untuk melihat berbagai koleksi menarik terkait peradaban dan sejarah Aceh.

Museum Aceh memiliki aneka koleksi yang digolongkan menjadi tiga klasifikasi besar, yaitu koleksi anorganik, organik, dan campuran.

Klasifikasi ini terbagi lagi dalam sepuluh jenis disiplin ilmu meliputi: geologi; biologika; etnografika (koleksi hasil budaya atau benda yang menggambarkan identitas suatu etnis); arkeologika (koleksi peninggalan arkeologi, sejarah, masa prasejarah sampai masuknya pengaruh budaya barat); historika (koleksi yang pernah digunakan dan berhubungan dengan suatu peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan suatu organisasi masyarakat); numismatika dan heraldika (koleksi berupa mata uang dan tanda jasa seperti lambang dan tanda pangkat); filologi (koleksi sejarah seperti naskah kuni yang ditulis tangan atau manuskrip ); keramonologika (barang pecah belah); seni rupa, dan teknologika.

Sementara Museum Tsunami merupakan bangunan monumental untuk mengenang bencana mahadahsyat yang menelan korban jiwa kurang lebih 240.000 jiwa. Di museum ini semua jejak tsunami Aceh bisa dilihat dalam beragam format seperti arsip berita, foto, hingga video.

Museum Tsunami Aceh ini terdiri dari empat lantai yang setiap lantainya memiliki makna dan filosofi tersendiri.

Bangunan yang terilhami dari rumoh Aceh ini memiliki beberapa space yang disebut dengan Space of Fear, Space of Memory, Space of Sorrow, Space of Confuse, dan Space of Hope. Setiap space atau ruang merupakan perwujudan tahap demi tahap yang terjadi saat tsunami terjadi.

“Pameran ini merupakan tempat untuk menggali informasi mengenai kekayaan sejarah, kebudayaan, dan kreativitas bangsa Aceh yang bisa dilihat dalam ragam bentuk seperti perhiasan, benda-benda sejarah, melalui literasi, dan ilmu kebencanaan,” kata Wildan.

Check Also

Dyah Erti Serahkan Hadiah Pemenang Festival Kuliner PKA 7

Humas Aceh |15 Agt 2018 Banda Aceh — Wakil Ketua PKK Aceh, Dyah Erti Idawati …