Home / LINTAS ACEH / Gubernur Buka Konferensi ICAIOS Kelima

Gubernur Buka Konferensi ICAIOS Kelima

Banda Aceh, 11/17/2014 | Humas Aceh

Banda Aceh – Shalat Isya berjama’ah baru saja selesai dilaksanakan di Musholla Meuligoe Gubernur Aceh. Beberapa jama’ah terlihat bergegas keluar Masjid, sementara itu, beberapa staf protokoler Sekretariat Daerah Aceh yang sedari tadi berada di Restauran Meuligoe untuk memastikan keteraturan acara, terlihat sedang memastikan segala hal berada pada posisi semestinya.

Selang beberapa saat, Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah pun terlihat keluar dari rumah dinasnya itu dan langsung menuju ke lokasi acara. Malam ini, pria yang akrab disapa Doto Zaini ini akan membuka secara resmi Konferensi Internasional Center for Aceh and Indian Ocean Studiest (ICAIOS) ke-Lima.

“Konferensi ini tentu saja mengingatkan kita kepada bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi sepuluh tahun lalu. Kejadian yang telah membuat ratusan ribu masyarakat berada dalam suasana kesedihan yang mendalam dan telah membuat seluruh dunia terenyuh dan tersentuh. Hanya dalam hitungan menit, tsunamai telah meluluhlantakkan Aceh dan menelan korban kurang lebih sebanyak 200 ribu jiwa,” ujar Gubernur.

“Namun, hal yang terjadi kemudian adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka. Kita lihat bagaimana solidaritas masyarakat dari seluruh dunia yang datang langsung untuk memberikan bantuan kepada Aceh.”

Doto menjelaskan, hal tersebut telah membuat Aceh yang begitu tertutup menjadi terbuka kembali sehingga masyarakat dunia dapat memperhatikan dan membantu Aceh. Pada masa itu seluruh infrastruktur Aceh hancur. Namun atas bantuan dari seluruh pihak, Alhamdulillah, akhirnya Aceh dapat bangkit lagi hingga terjadi perubahan besar di Aceh hingga saat ini.

“Pasca tsunami pula akhirnya terjadi kesepakatan damai antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki yang ditandai dengan penandatangan kesepakatan yang dikenal dengan Memorandum of Understanding (MoU). Kini, 10 tahun pasca tsunami dan sembilan tahun pasca MoU Helsinki, keadaan Aceh telah begitu cemerlang.”

Gubernur juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada masyarakat seluruh dunia yang telah mengulurkan bantuannya, baik dalam masa tanggap darurat tsunami, masa rehabilitasi dan rekonstruksi, bahkan hingga saat ini.

“Saat ini masih ada satu perjuangan, yaitu perjuangan untuk memelihara perdamaian. Perjuangan mempertahankan perdamaian ini tentu saja lebih sulit jika dibandingkan dengan perjuangan kita mencapai perdamaian itu sendiri. Untuk itu mari kita bersama berjuang agar perdamaian ini menjadi perdamaian yang abadi dan kedua belah pihak dapat menjaganya dengan baik,” harap gubernur .

Zaini melanjutkan, jika ketangguhan masyarakat Aceh disandingkan dengan jiwa solidaritas dari dunia internasional untuk kembaliu membangun Aceh, maka ini merupakan suatu cara untuk mewujudkan usaha dalam rangka memelihara dan melanggengkan perdamaian serta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dalam usaha mitigasi bencana agar lebih baik di masa depan.

“Saat ini Aceh telah memiliki sebuah pusat kajian internasional yang digerakkan oleh Pemerintah Aceh bekerjasama dengan tiga universitas terkemuka di Aceh yang dikenal dengan ICAIOS. Ini tentu saja dapat menjadi modal bagi kita semua untuk dapat mencapai tujuan perbaikan di masa depan.”

Untuk itu, Gubernur mengajak seluruh peserta yang berhadir dan para peserta konferensi ICAIOS untuk mendukung dan memanfaatkan seluruh kerja-kerja yang dilakukan oleh ICAIOS dan tiga universitas itu, yaitu Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri Arraniry dan Universitas Malilkussaleh.

Gubernur berharap, dalam waktu yang tidak terlalu lama ICAIOS dapat menjadi pusat pendidikan tentang Aceh dan kawasan seputar lautan Hindia, yang berkualitas dan berintegritas, sehingga dapat menghidupkan kembali Aceh sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan di kawasan ini seperti pada masa-masa kejayaan Aceh di masa lalu.

Doto: Hasil Riset Bukan Bahan Bacaan Cicak dan Makanan Rayap

Gubernur juga menekankan agar hasil dari penelitian pada konferensi kali ini dapat diaktualisasikan secara nyata. Untuk itu gubernur berharap parapejabat SKPA mampu menyusun kebijakan yang berbasis riset yang hasilnya tidak semata-mata dibicarakan dalam kegiatan-kegiatan seremonoal semata.

“Kita tentu saja tidak menginginkan hasil riset hanya akan menjadi bahan presentasi di Seminar, konferensi, simposium atau dipublikasikan sebagai jurnal ilmiah atau di pajang diperpustakan atau dijadikan sebagai benda antik dan barang koleksi semata yang hanya akan di baca oleh cicak dan di makan oleh rayap,” ujar Gubernur disambut tepuk tangan dan tawa dari para hadirin.

Dengan berbagai penguasaan disiplin ilmu yang dimiliki, gubernur juga mendorong agar para akademisi teruatama para peneliti di Aceh mampu menjadi elemen penting dalam upaya mendorong dan memperkuat pembangunan di Aceh.

“Jangan jadikan riset ini sebagai proyek tapi jadikan riset ini sebagai bentuk tanggungjawab, amanah dan kesadaran intelektual yang saudara punyai untuk mencerahkan kehidupan ini agar lebih bermakna.”

Ada kejadian menggelikan pada sesi ini, sang pengalih bahasa alpa memasukkan kata ‘jangan jadikan riset sebagai proyek’. Gubernur Zaini Abdullah yang dikenal sangat fasih berbahasa inggris ini pun kembali mengingatkan sang pengalih bahasa untuk merubah kalimat itu ke bahasa inggris karena menurut Gubernur hal itu adalah bagian terpentingnya.

Please don’t make research is a project (Jangan jadikan riset ini sebagai proyek),” ujar Gubernur kearah pengalih bahasa. Dengan gugup sang pengalihbahasa pun mengikuti perkataan Gubernur. Because this is terjemahan yang laing penting,” ujar gubernur lagi. Kejadian ini spontan saja membuat para hadirin kembali memberikan tepuk tangan kepada gubernur sambil tertawa lepas.

Gubernur berharap, kepada para peserta hadirin dari berbagai negara yang selama ini telah datang berkunjung dan melakukan penelitian di Aceh terkait dengan bencana tsunami dan isu-isu perdamaian.

“Kiranya pembelajaran yang didapat selama ini dapat ditransfer untuk kepentingan masyarakat seluruh dunia. Saya berharap tuan dan puan sebagai duta dari negara anda masing-masing untuk terus dapat berkontribusi untuk Aceh. Daerah ini masih membutuhkan bantuan dalam segala bidang terutama dalam bidang pendidikan” harap Gubernur.

Doto juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah berkonstribusi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Aceh dan berharap parapeserta dapat menikmati setiap sesi diskusi yang akan berlangsung ini.

“Akhirnya, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahium Konferensi ICAIOS Kelima ini dengan resmi saya nyatakan di buka,”pungkas Gubernur Zaini Abdullah.

Terlihat hadir dalam kegiatan tersebut Dipo Alam, mantan Menteri Negara Sekretaris Kabinet era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Rektor UIN Arraniry, Ketua MPU Aceh, Prof Antony Reid serta para peneliti ICAIOS yang terdiri dari 17 negara

Di Malaka, Doto Bergelar, Datuk Sri Zaini Abdullah

Kepada para peserta Konferensi Gubernur menyampaikan, bahwa seharusnya dirinya masih harus berada di Malaysia untuk menghadiri beberapa kegiatan penting di sana. Namun demi kegiatan ini, Gubernur akhirnya memilih untuk pulang ke Aceh dan berada ditengah-tengah para peserta konferensi.

“Perlu juga saya jelaskan, bahwa saya baru saja mendapat suatu gelar kehormatan dari negara di Malaka yang menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga dan merupakan suatu kehormatan bagi saya, yaitu Gelar Datuk Sri,” ujar Zaini yang disambut tepuk tangan dari para hadirin.

Gubernur menjelaskan, gelar tersebut merupakan suatu kebanggaan tidak hanya bagi gubernur secara pribadi tetapi juga bagi masyarakat Aceh karena gelar tersebut tidak hanya diberikan kepada Gubernur Aceh tetapi juga kepada Menteri Pertahanan Malaysia.

Check Also

Ketua TP PKK Aceh Lanjutkan Kunker Jemput Data Warga Miskin di Nagan Raya

Nagan Raya — Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Marlina Muzakir, kembali melanjutkan kunjungan kerjanya di …