Home / Berita Terbaru / “Pak, Kami Bosan Terisolir…”
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mendengar dan menanggapi keluhan masyarakat saat melakukan kunjungan kerja di Kuala Baru Laut Kecamatan Kuala Baru Aceh Singkil, Senin (14/9/2020).

“Pak, Kami Bosan Terisolir…”

“Masyarakat kami nelayan. Kalau harus bawa ikan ke Singkil biayanya mahal. Tapi kalau jalan ke Buloh Seuma sudah bagus nelayan bisa lebih mudah membawa ikan ke darat dan ikan nelayan bisa lebih mahal.”

Nur, Masyarakat Kuala Baru Laut Kecamatan Kuala Baru Aceh Singkil mengeluhkan kondisi jalan di kecamatan tersebut. Saban hari ia menjumpai penjual ikan yang membawa ikan segar dari Kuala Baru ke Buloh Seuma. Dengan sepeda motor yang dipasangkan dua keranjang di jok belakang, mereka setiap hari harus melewati tiga jembatan kayu ringsek. Jembatan yang badannya telah dibawa banjir besar, dua bulan lalu.

“Kasihan sekali kita lihat mereka pak. Betul itu pak. Kami di sini bosan terisolir,” kata Nur di Kuala Baru Aceh Singkil, Senin pertengahan September 2020.

Bagi Nur, bukan sebatas jembatan Kilangan-Kuala Baru yang harus dituntaskan pembangunannya oleh pemerintah. Pembangunan jalan tembus ke Buloh Seuma dari Kuala Baru juga harus segera diselesaikan.

“Kalau jalan ini selesai, ke Buloh Seuma 15 menit sampai. Dari Buloh Seuma ke Trumon sampai satu jam. Tapi kalau dari Singkil ke Trumon bisa 5 jam,” kata Nur.

Dalam kondisi seperti saat ini, di mana jalan berlubang di sana-sini, tiga jembatan nyaris putus, sekitar dua ribuan masyarakat Kuala Baru menjadi masyarakat yang terisolir. Padahal, letaknya yang tak terlalu jauh dengan Buloh Seuma, membuat banyak masyarakat desa di Aceh Selatan tersebut berbelanja ke Kuala Baru. Warga Buloh Seuma datang membawa sayur-sayuran dan pulang membawa ikan segar hingga segala kebutuhan lainnya.

Ikhwan, warga Suka Jaya Kecamatan Kuala Baru juga mengeluhkan hal yang sama. Ia adalah penjual barang kelontong di desanya. Dalam dua bulan ini, hari pasar di Kuala Baru mendadak lebih sepi dari biasa. Jika biasanya banyak penjual pakaian yang datang berjualan di hari pasar yaitu setiap hari Jumat, maka dalam dua bulan ini hanya satu-dua penjual dari Buloh Seuma yang menyeberang. Itupun membawa barang jualan dengan sepeda motor.

“Yang biasa datang jualan pakai mobil nggak bisa lewat lagi. Padahal kalau hari peukan (pasar) biasanya ramai di sini,” kata Ikhwan.

Hari pekan adalah hari di mana para penjual dari berbagai daerah yang berdekatan dengan kawasan berkumpul. Mereka berjualan secara serempak pada hari itu. Hampir dipastikan seluruh masyarakat keluar berbelanja seluruh kebutuhan pada hari peukan. Biasanya pun hari peukan hanya digelar sekali dalam seminggu.

Ada empat desa di Kecamatan Kuala Baru. Desa yang paling dekat dengan daratan di Aceh Singkil adalah Desa Kayu Menang. Selanjutnya adalah Kuala Baru Sungai yang letaknya lebih ke utara serta Kuala Baru Laut yang menghadap ke selatan. Desa yang paling jauh adalah Suka Jaya. Desa ini didominasi oleh masyarakat bersuku Aceh. Jadinya jika berkunjung ke desa yang bertetangga dengan Buloh Seuma Aceh Selatan itu, hampir dipastikan keseluruhan orang berbicara dalam bahasa Aceh.

Kecamatan Kuala Baru hanya berbatas sungai dengan Kecamatan Kilangan di Aceh Singkil. Dua kecamatan ini dipisahkan oleh sungai selebar 400 meter. Saat ini, pemerintah Aceh tengah membangun jembatan yang menghubungkan Kilangan dengan Kuala Baru. Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menyebutkan bahwa di akhir 2022 mendatang akses jembatan sudah bisa dilalui alias selesai dibangun.

“Jembatan Kilangan ini adalah jembatan terpanjang di Aceh dengan panjang rangka baja 400 meter dan opritnya 80 serta 60 meter,” kata Nova. “Pada 2022 akan tuntas 100 persen dan bisa langsung difungsikan.”

Dengan tuntasnya pembangunan jembatan itu, Nova menyebutkan masyarakat Kuala Baru akan terbebas dari keterisoliran. Meski demikian, sejalan dengan permintaan masyarakat untuk pembangunan jalan tembus dari Kuala Baru ke Trumon di Aceh Selatan, pemerintah Aceh juga akan segera membangunnya. Pembangunan akan dilakukan dengan skema multiyears atau tahun jamak, sehingga bisa dipastikan jalan selesai tanpa kendala anggaran.

Pembangunan jalan Trumon – Kuala Baru akan dilakukan di atas badan jalan yang memang sudah tersedia. Bekas jalan lama itu kini mulai rusak parah. Di beberapa bagaian telah tertutup ilalang. Padahal warga mengaku jika jalan mulus, dalam tentang waktu 15 hingga 30 menit dengan kendaraan bermotor, akan masuk ke wilayah Buloh Seuma. Namun dalam keadaan jalan rusak, tempo waktu di perjalanan bisa mencapai satu jam lebih.

Jika selesai dibangun, akses ke Aceh Selatan dari Singkil menjadi sangat dekat. “Bisa menghemat sampai tiga jam lebih,” kata Ratna, warga Kuala Baru Sungai.

Plt gubernur sendiri memastikan jalan itu akan mulai dibangun pemerintah Aceh pada November akhir tahun ini. Pembangunan jalan sepanjang 42 kilometer itu dilakukan dengan menggelontorkan anggaran senilai Rp.72,6 miliar.

Kami berkunjung ke Kuala Baru pada Senin pertengahan September 2020. Tepat di tengah Kampung Kuala Baru Sungai terdapat jalan yang membelah desa. Sekilas terlihat jalan tersebut adalah jalan desa, karena hanya tersisa kerikil, tanah dan sedikit aspal yang telah terkelupas. Warga mengaku, telah belasan tahun jalan tersebut menjadi seperti tak bertuan. Jadinya dengan mudah bisa menyaksikan anak-anak yang berlarian di tengah jalan ataupun hewan peliharaan yang lalu-lalang lewat. Padahal itu adalah jalan raya.

Nah, di bekas badan jalan yang mulai sejajar dengan pondasi rumah warga inilah nantinya pemerintah bakal membangun jalan baru. Artinya tepat di bibir halaman rumah warga akan tersedia fasilitas publik yaitu jalan raya dengan kondisi mulus.

Masyarakat Kuala Baru pun sangat mendukung pembangunan jalan itu. Bagi mereka dengan selesainya jalan tembus ke Buloh Seuma, bisa menjadi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Kita bisa membawa ikan hasil tangkapan untuk diecer sampai ke Blangpidie,” kata Abdurahman, warga setempat.

Susilawati, masyarakat Kuala Baru mengatakan bahwa selama ini khususnya dalam dua bulan terakhir, hasil laut masyarakat Kuala Baru dibawa ke Kilangan Singkil. “Harga bawanya pasti mahal,” kata dia.

Dia memang secara rinci tidak mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil bumi dari Kuala Baru. Namun jika mengangkut orang dengan robin –boat angkut yang didorong dengan mesin–, maka ongkos pulang-pergi Kilangan Kuala Baru adalah Rp.20 ribu.Jika membawa sepeda motor akan dikenakan biaya tambah Rp.20 ribu plus ongkos angka ke daratan Rp.10 ribu. Jadi sekali menyeberang harus merogoh kocek hingga Rp.50 ribu. Perjalanan dengan robin ke Kilangan sekitar satu jam.

Bagi Susilawati, Nur, Abdurrahman dan Ikhwan, jalan Kuala Baru – Buloh Seuma dan Jembatan Kilangan adalah solusi melepas warga dari keterisoliran. Seperti kata Nur: kami di sini bosan terisolir. []

Check Also

Pemerintah Aceh Ajak TVRI Dukung Kesuksesan Penyelenggaraan PON XXI

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh mengajak TVRI Stasiun Aceh untuk turut mendukung kesuksesan penyelenggaraan Pekan …